Film perang berdasarkan sejarah itu terasa berbeda, karena kalau film perang berdasarkan misi yang sering kita tonton hampir seperti menonton The Avengers. Tontonan pahlawan yang terlalu hebat tidak cukup kuat mengembalikan film menjadi seni modern yang menggairahkan perasaan kebangsaan. Akan luar biasa ketika para pahlawan hanya berbekal semangat dan senjata seadanya, tapi berani berperang melawan musuhnya yang bersenjata modern. Apalagi kalau film itu memang berdasarkan kisah nyata.
Seperti itulah gambaran kasar Film The Battle at lake Changjin. Film ini menjadi tidak main-main dengan tema nasionalisme dan perasaan kebangsaan. Menghabiskan biaya 200 juta yuan, disutradai tiga orang, yaitu Chen Kaige, Tsui Hark dan Dante Lan. Sedangkan aktor utamanya diperankan oleh Wu Jing aktor paling top di Tiongkok.
Di Tiongkok sendiri nampaknya diapresiasi dengan patriotik, karena film ini dalam sejarah box office Tiongkok menjadi film terbesar kedua setelah film Hi, Mom Yang diproduksi oleh Tiongkok. Film ini nikmat untuk ditonton. Panorama heroik dan adegan-adegan khas mandarin terjalin dengan atraktif. Belum lagi dengan pemandangan perang dan duel satu lawan satu yang diambil dari berbagai sudut bisa membuat terkesima. Disiplin dan kesetiakawanan tentara sukarelawan tiongkok menghiasi film perang ini, bahkan jadi momen ending yang mengesankan.
Meskipun mendapat kritikan keras dari Korea Selatan dan beberapa media barat sebagai film propaganda, film The Battle at Like Changjin meraup keuntungan melebihi film perang Dunkirk untuk menduduki film box office dunia. Secara total film ini meraup 769 juta dolar sejak dirilis tanggal 30 September 2021.
Yang menarik sekuel The Battle at Like Changjin bertajuk Water Gate Bridge yang mulai ditayangkan 13 Januari 2022 juga berhasil masuk film box office dunia. Kini peta film nampaknya mulai bergeser.
Comments
Post a Comment